BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Ketika
Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW terbang bersama malaikat ke antariksa untuk
ditunjukkan kebesaran Allah SWT. Nabi sebagai manusia biasa terbang dengan
kecepatan malaikat menggunakan Al Barqun atau disebut Buroq yang tentu
melindungi Muhammad SAW dari efek kecepatan sangat tinggi itu.
Dalam
penggambaran mengenai bentuk buroq terdapat 2 pendapat, pendapat yang pertama
mengatakan buroq adala hewan yang putih panjang, tingginya diatas khimar diatas
keledai, larinya secepat kilat, langkahnya sejauh mata memandang, kedua
telinganya senantiasa bergerak, sedangkan pendapat yang kedua mengatakan bahwa
buroq adalah sesuatu kendaraan yang mempunyai
sifat dan kecepatannya diatas kilat atau sesuatu yang kecepatannya melebihi
gerakan sinar.
Saat
sekarang ini banyak orang mengaitkan buroq dengan kecepatan cahaya yang
merupakan kecepatan tercepat yang diyakini bisa dicapai oleh sebuah benda di
alam semesta ini, dan memiliki nilai sebesar 299.792.458 meter per detik (m/s).
Hal ini dikarenakan Masjidil Aqsa merupakan suatu tempat yang terletak di
Negara Palestina, sedangkan Sidrotul Muntaha adalah suatu tempat di langit ke
tujuh yang menurut alquran berjarak seribu tahun dari bumi menurut perhitungan
kita. Jika kita bayangkan, dengan pesawat apa Rosulullah SAW bisa mecapai
tempat tersebut. Dan, 14 abad silam apa ada kendaraan yang bisa mencapai tempat
itu. Bahkan sekarang pun, belum ada pesawat yang dapat mencapai kecepatan
cahaya atau bahkan mendekati kecepatan cahaya sekalipun.
Oleh
sebab itu disusunlah makalah yang berjudul “Analisis Kecepatan Buroq dengan
Kecepatan Cahaya” ini untuk membahas lebih jauh apakah ada kaitannya antara
kecepatan buroq dengan kecepatan cahaya.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apakah
yang dinamakan buroq itu ?
2. Apa
pengertian kecepatan cahaya ?
3. Bagaimana
kaitan kecepatan buroq dengan kecepatan cahaya ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Buroq
“Maha
suci Allah, yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari Masjidil
Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami
perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda–tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya
Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS Al Israa: 1)
Kata Buroq Berasal dari kata Barkun
(bersinar), sewaktu ia datang tampak putih bersinar. Dan putih berkilau, itu
adalah sebaik-baik warna. Ada yang berpendapat, bahwa kata buroq itu berasal
dari kata Barqun Yang berarti kilat, karena kecepatan jalannya seperti
kilat. Allah SWT mengutus Buroq dari surga menjadi kendaraan Nabi Muhammad SAW
dalam perjalanan isra’ Mi’raj, untuk memuliakan dan mengagungkan beliau.
Dalam kamus munawir, buroq diartikan
sebagai Fars mujanah (Kuda bersayap). Buroq berasal dari gerund بروقا atau برقا kemudian digunakan sebagai nama
benda mengikuti wazan فعال
sehingga menjadi براق
yang artinya kilat. Setiap hal yang berkilat disebut Baariq. Kendaraan yang
digunakan oleh Nabi Muhammad SAW saat isra’ mi’raj disebut buroq, karena ia
memiliki kecepatan kilat. Dengan kata lain ia memiliki kecepatan cahaya yaitu
±300.000 km/detik.
Buroq
adalah binatang yang putih panjang, tingginya diatas khimar diatas keledai,
larinya secepat kilat, langkahnya sejauh mata memandang, kedua telinganya
senantiasa bergerak. Ketika ia mendaki gunung, kedua kaki belakangnya lebih
panjang, sedangkan ketika ia menuruni kedua kaki depannya yang lebih panjang. Buroq
memiliki dua sayap yang terletak pada kedua pahanya. Sayap itu untuk membantu
kedua kakinya ketika berlari, sehingga ia bisa berlari secepat kilat.
Sewaktu
Rosulullah hendak menaikinya, Buroq tadi meronta-ronta sepertinya hendak
melarikan diri, lalu jibril memegang tubuhnya seraya berkata :”Apakah kamu
tidak merasa malu, hai Buroq? Demi Allah, tidak akan naik kepadamu kecuali
mahlukku yang mulia dihadapan Allah”. Mendengar penuturan dari jibril tadi,
tubuh Buroq langsung berkeringat karena rasa malunya terhadap Rosulullah,
ketika dirinya sudah tenang Rosulullah SAW baru mengendarainya”.
Dalam
riwayat lain disebutkan : Mahluk itu disebut dengan Buroq karena jalannya dan
kecepatannya seperti kilat. Tatkala Rosulullah hendak menaiki, tiba-tiba Buroq
itu bergungang, seraya berkata : “Demi kemuliaan Tuhanku, diriku tak bisa
dinaiki kecuali Nabi dari bangsa Hasyim, bangsa Ibthi, bangsa quraisy, yang
bernamaMuhammad bin Abdullah, yang mempunyai Al-Qur’an”. Nabi SAW lantas
berkata : “Aku adalah Muhammad bin Abdullah”. Akhirnya beliau bisa menaiki Buroq
tersebut kemudian pergi ke surga.
Namun
Andaripa dalam tulisan diblognya yang berjudul “Misteri Kendaraan Buroq” mengatakan
bahwa amatlah janggal jika buroq tersebut
dipahami sebagai binatang atau kuda bersayap yang dapat terbang keangkasa bebas.
Orang tentu dapat mengetahui bahwa sayap hanya dapat berfungsi dalam lingkungan
atmosfir planet dimana udara ditunda kebelakang untuk gerak maju kemuka atau
ditekan kebawah untuk melambung keatas.
Udara yang seperti
itu hanya berada dalam troposfir yang tingginya 6 hingga 16 Km dari permukaan
bumi, padahal buroq itu harus menempuh perjalanan menembusi luar angkasa yang
hampa udara dimana sayap tak berguna malah menjadi beban. Dengan kecepatan
kilat maka binatang kendaraan itu, begitu juga Nabi yang menaiki, akan terbakar
dalam daerah atmosfir bumi, sebaliknya ketiadaan udara untuk bernafas dalam
menempuh jarak yang sangat jauh sementara itu harus mengelakkan diri dari
meteorities yang berlayangan diangkasa bebas.
Semua itu membuktikan bahwa Nabi Muhammad Saw bukanlah
melakukan perjalanan mi’rajnya dengan menggunakan binatang ataupun hewan
bersayap sebagaimana yang diyakini oleh orang selama ini.
Penggantian istilah dari Barqu yang berarti kilat menjadi buroq
jelas mengandung pengertian yang berbeda, dimana jika Barqu itu adalah kilat,
maka buroq diasumsikan sebagai sesuatu kendaraan yang mempunyai sifat dan
kecepatannya diatas kilat atau sesuatu yang kecepatannya melebihi gerakan
sinar.
Atau dapat dikatakan bahwa buroq adalah sebuah
kendaraan (dapat dikatakan sebagai pesawat) yang memiliki kecepatan sebesar
kecepatan cahaya dan dapat melindungi Rosulullah dari gas beracun di luar
angkasa dan melindungi Rasulullah dari hantaman benda-benda yang ada diluar
angkasa yang di dalamnya juga terdapat cukup udara untuk Rasulullah bernafas.
Bertolak dari pendapat-pendapat diatas
dapat disimpulkan bahwa buroq adalah kendaraan yang digunakan Rasulullah dalam
melakukan isra’ dan mi’raj yang memiliki kecepatan seperti kilat.
B.
Pengertian
Kecepatan Cahaya
Kelajuan cahaya
(kelajuan cahaya dalam ruang vakum;
kecepatan cahaya) adalah sebuah konstanta
fisika
yang disimbolkan dengan huruf c, singkatan dari celeritas (yang
dirujuk dari dari bahasa Latin)
yang berarti "kecepatan".
Konstanta ini sangat penting dalam fisika dan bernilai 299.792.458 meter per detik.
Nilai ini merupakan nilai eksak disebabkan oleh panjang meter didefinisikan
berdasarkan konstanta kelajuan cahaya. Kelajuan ini merupakan kelajuan maksimum
yang dapat dilajui oleh segala bentuk energi, materi, dan informasi dalam alam
semesta. Kelajuan ini merupakan kelajuan segala partikel tak bermassa
dan medan fisika, termasuk radiasi elektromagnetik
dalam vakum. Kelajuan ini pula menurut teori modern adalah kelajuan gravitasi
(kelajuan dari gelombang gravitasi).
Partikel-partikel maupun gelombang-gelombang ini bergerak pada kelajuan c
tanpa tergantung pada sumber gerak maupun kerangka acuan inersial
pengamat. Dalam teori relativitas,
c saling berkaitan dengan ruang dan waktu.
Konstanta ini muncul pula pada persamaan fisika kesetaraan
massa-energi E = mc2.
Kecepatan cahaya sampai saat ini masih diakui sebagai kecepatan yang paling
tercepat dari kemampuan bergerak suatu benda apapun.
1.
2.
3.
C.
Kecepatan
Buroq dengan Kecepatan Cahaya
Sampai saat ini, selain buroq, tidak
ada kendaraan berkecepatan cahaya. Sehingga orang-orang menganggap “mustahil”
jarak ribuan kilo dapat ditempuh dalam waktu sekejap. Akan tetapi kemustahilan
itu tidak akan terjadi manakala ada kendaraan yang memiliki kecepatan cahaya.
Buroq memiliki kecepatan cahaya. Ia mampu menempuh jarak 300.000 km dalam satu
detik. Suatu kecepatan yang sangat luar biasa. Maka merupakan suatu hal yang
sangat masuk akal jika Nabi Muhammad SAW mampu menempuh jarak ribuan kilo hanya
dalam waktu sekejap.
Menurut akal pikiran kita sehari-hari yang tetap tinggal
dibumi, jarak yang demikian jauhnya tidak mungkin dapat dicapai hanya dalam
beberapa saat saja. Untuk menerobos garis tengah jagat raya saja memerlukan
waktu 10 milyard tahun cahaya melalui galaksi-galaksi yang oleh Garnow disebut
sebagai fosil-fosil jagad raya dan selanjutnya menuju alam yang sulit
digambarkan jauhnya oleh akal pikiran dan panca indera manusia dengan segala
macam peralatannya, karena belum atau bahkan tidak diketahui oleh para
Astronomi, galaksi yang lebih jauh dari 20 bilyun tahun cahaya. Dengan kata
lain mereka para Astronom tidak dapat melihat apa yang ada dibalik galaksi
sejauh itu karena keadaannya benar-benar gelap mutlak.
Untuk mencapai jarak yang demikian jauhnya tentu diperlukan
penambahan kecepatan yang berlipat kali kecepatan cahaya. Sayangnya kecepatan
cahaya merupakan kecepatan yang tertinggi yang diketahui oleh manusia sampai
hari ini atau bisa jadi karena parameter kecepatan cahaya belum terjangkau oleh
manusia.
Fakta mengenai isra’ mi’raj ini
dapat dibuktikan secara ilmiah menggunakan ilmu matematika dan fisika.
Relativitas waktu adalah fakta yang
terbukti secara ilmiah. Hal ini telah diungkapkan melalui teori relativitas
waktu Einstein di awal abad ke-20. Sebelumnya, manusia belumlah mengetahui
bahwa waktu adalah sebuah konsep yang relatif, dan waktu dapat berubah
tergantung keadaannya. Ilmuwan besar, Albert Einstein, secara terbuka
membuktikan fakta ini dengan teori relativitas. Ia menjelaskan bahwa waktu
ditentukan oleh massa dan kecepatan.
Studi tentang sinar kosmis adalah
merupakan pembuktian kebenaran teori ini. Didapati bahwa di antara
partikel-partikel sinar kosmis yang utama dengan inti-inti atom nitrogen dan
oksigen di lapisan atmosfer atas, jauh ribuan meter di atas permukaan bumi,
yaitu partikel Mu Meson (Muon), itu dapat mencapai permukaan bumi.
Padahal muon ini memiliki paruh
waktu sebesar dua mikro detik yang artinya dalam dua per juta detik, setengah
dari masa muon tersebut akan meleleh menjadi elektron. Dan dalam jangka waktu
dua perjuta detik, satu partikel yang bergerak dengan kecepatan cahaya
sekalipun paling-paling hanya dapat mencapai jarak 600 m. Padahal jarak
ketinggian atmosfer dimana muon terbentuk, dari permukaan bumi adalah 20.000 m
yang mana dengan kecepatan cahaya dapat dicapai dalam jangka minimal 66 mikro
detik.
Lalu bagaimana muon dapat melewati
kemustahilan itu? ternyata selama bergerak dengan kecepatannya yang sangat
tinggi, mendekati kecepatan cahaya, partikel muon mengalami efek sebagaimana
diterangkan teori relativitas yaitu perlambatan waktu.
Dalam AlQur’an kita jumpai betapa hitungan waktu yang
diperlukan oleh para malaikat dan ruh-ruh orang yang meninggal kembali kepada
Tuhan: Naik malaikat-malaikat dan ruh-ruh kepadaNya dalam sehari yang kadarnya
limapuluh ribu tahun. (QS. 70:4)
Ukuran waktu dalam ayat diatas ada para ahli yang menyebut
bahwa angka 50 ribu tahun itu menunjukkan betapa lamanya waktu yang diperlukan
penerbangan malaikat dan Ar-Ruh untuk sampai kepada Tuhan.
Namun bagaimanapun juga ayat itu menunjukkan adanya perbedaan
waktu yang cukup besar antara waktu kita yang tetap dibumi dengan waktu
malaikat yang bergerak cepat sesuai dengan pendapat para ahli fisika yang
menyebutkan “Time for a person on earth and time for a person in hight speed
rocket are not the same”, waktu bagi seseorang yang berada dibumi berbeda
dengan waktu bagi orang yang ada dalam pesawat yang berkecepatan tinggi.
Perbedaan waktu yang disebut dalam ayat diatas dinyatakan
dengan angka satu hari malaikat berbanding 50.000 tahun waktu bumi, perbedaan
ini tidak ubahnya dengan perbedaan waktu bumi dan waktu elektron, dimana satu
detik bumi sama dengan 1.000 juta tahun elektron atau 1 tahun Bima Sakti = 225
juta tahun waktu sistem solar.
Jadi bila malaikat berangkat jam 18:00 dan kembali pada jam
06.00 pagi waktu malaikat, maka menurut perhitungan waktu dibumi sehari
malaikat = 50.000 tahun waktu bumi. Dan untuk jarak radius alam semesta hingga
sampai ke Muntaha dan melewati angkasa raya yang disebut sebagai ‘Arsy Ilahi,
10 Milyard tahun cahaya diperlukan waktu kurang lebih 548 tahun waktu malaikat.
Namun malaikat Jibril kenyataannya dalam peristiwa Mi’raj
Nabi Muhammad Saw itu hanya menghabiskan waktu 1/2 hari waktu bumi /maksimum 12
Jam/ atau = 1/100.000 tahun Jibril. Kejadian ini nampaknya begitu aneh dan
bahkan tidak mungkin menurut pengetahuan peradaban manusia saat ini, tetapi
para ilmuwan mempunyai pandangan lain, suatu contoh apa yang dikemukakan oleh
Garnow dalam bukunya Physies Foundations and Frontier antara lain disebutkan
bahwa jika pesawat ruang angkasa dapat terbang dengan kecepatan tetap (kecepatan cahaya) menuju kepusat sistem
galaksi Bima Sakti, ia akan kembali setelah menghabiskan waktu 40.000 tahun
menurut kalender bumi. Tetapi menurut sipengendara pesawat /pilot/ penerbangan
itu hanya menghabiskan waktu 30 tahun saja. Perbedaan tampak begitu besar lebih
dari 1.000 kalinya.
Contoh lain yang cukup populer, yaitu paradoks anak kembar,
ialah seorang pilot kapal ruang angkasa yang mempunyai saudara kembar dibumi,
dia berangkat umpamanya pada usia 0 tahun menuju sebuah bintang yang jaraknya
dari bumi sejauh 25 tahun cahaya. Setelah 50 tahun kemudian sipilot tadi
kembali kebumi ternyata bahwa saudaranya yang tetap dibumi berusia 49 tahun
lebih tua, sedangkan sipilot baru berusia 1 tahun saja. Atau penerbangan yang
seharusnya menurut ukuran bumi selama 50 tahun cahaya pulang pergi dirasakan
oleh pilot hanya dalam waktu selama 1 tahun saja.
Dari contoh-contoh diatas menunjukkan bahwa jarak atau waktu
menjadi semakin mengkerut atau menyusut bila dilalui oleh kecepatan tinggi
diatas yang menyamai kecepatan cahaya.
Teori relativitas membahas mengenai
struktur ruang dan waktu serta mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
gravitasi. Diterangkan bahwa perbandingan nilai kecepatan suatu benda dengan
kecepatan cahaya akan berpengaruh pada keadaan benda tersebut. Semakin dekat
nilai kecepatan suatu benda dengan kecepatan cahaya maka semakin besar efek
yang dialaminya yaitu perlambatan waktu. Ketika kecepatan benda menyamai
kecepatan cahaya, maka benda itupun sampai pada satu keadaan nol. Dan jika
kecepatan benda itu melebehi kecepatan cahaya maka keadaan akan berubah. Efek
yang dialami bukan lagi perlambatan waktu namun sebaliknya waktu menjadi
mundur. Buroq memiliki kecepatan cahaya sehingga saat isro’ mi’roj, Nabi
Muhammad SAW berada pada titik nol.
Dalam sejarah manusia, tak seorang
pun mampu mengungkapkan fakta ini jelas sebelumnya. Namun dalam Al Qur’an yang
turun 14 abad yang lalu telah berisi informasi tentang waktu yang bersifat
relative, berikut adalah salah satu ayat yang mengulas hal ini, yang berbunyi:
“Dia mengatur urusan dari langit ke
bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya
adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.” (QS. As sajdah : 5).
Berdasarkan
ayat tersebut, kata urusan khususnya surat as-sajdah:5 dapat disimpulkan
bahwa jarak sang urusan selama satu hari sama dengan jarak yang ditempuh bulan
selama 1000 tahun atau 12000 bulan. Persamaannya sebagai berikut:
C . t =
S
S =
12000 . L
L =
v . T
C . t = 12000 . L
dimana:
C = kecepatan sang urusan
t = waktu selama 1 hari= 23 jam 56 menit
4,0906 detik = 86164,0906
v = kecepatan relatif bulan terhadap
bumi maupun terhadap alam semesta
L = panjang rute edar bulan selama 1
bulan
Dalam menghitung gerakan benda
langit, digunakan dua sistem yaitu Sinodik dan Siderial. Sistem
Sinodik didasarkan pada gerakan semu Bulan dan Matahari dilihat dari Bumi.
Sistem ini menjadi dasar perhitungan kalender Masehi dimana satu bulan =
29,53509hari.
Sistem Siderial didasarkan pada
gerakan relatif Bulan dan Matahari dilihat dari bintang jauh (pusat semesta).
Sistem ini menjadi dasar perhitungan kalender Islam (Hijriah) di mana satu
bulan = 27,321661 hari. Ahli-ahli astronomi selalu mendasarkan perhitungan
gerak benda langit (mechanical of Celestial) kepada sistem Siderial karena
dianggap lebih eksak dibandingkan sistem Sinodik yang mengandalkan penampakan
semu dari Bumi.
Pada sistem Siderial, 1 bulan
= 27.321661 hari dan 1 hari = 23 jam 56 menit 4.0906 detik =
86.164,0906 detik. Ada dua tipe kecepatan bulan :
1. Kecepatan relatif terhadap bumi yang
dihitung dengan sistem sinodik, dengan rumus:
ve = 2 x π x R / T
dimana
R = jari-jari revolusi bulan = 384.264 km
T = periode revolusi bulan = 655,71986 jam
Jadi, ve
= 2 x 3,14162 x 384.264 km /
655,71986 jam
=
3682.07 km/jam
2. Kecepatan relatif terhadap bintang
atau alam semesta (sidereal). Perhitungan gerakan bulan dengan sistem sidereal
menurut para ahli lebih tepat digunakan. Einstein mengusulkan bahwa kecepatan
jenis kedua ini dihitung dengan mengalikan yang pertama dengan cosinus α,
sehingga:
v = ve x
Cosinus α
Dimana α adalah sudut yang
dibentuk oleh revolusi bumi selama satu bulan sidereal,
α = 26,92848o
Jadi:
C . t = 12000 . L
|
Substitusi L = v . T
|
C . t = 12000 . v . T
|
Substitusi v = ve .
Cos α
|
C . t = 12000 . ( ve . Cos α ) . T
|
Substitusi ve = 3682.07 km/jam,
α = 26.92848o
T = 655,71986 jam,
t = 86164.0906 det
|
C = 12000 x ve x Cos α x
(T / t)
|
|
C = 12000 x 3.682,07 km/jam x
0,89157 x (655,71986 jam / 86.164,0906 detik)
|
|
C = 299.792,4998 km/det
|
Nilai C hasil perhitungan
|
C = 299.792,4998 Km/det
|
Nilai C hasil pengukuran
1. US National Bureau of Standards
2. The British National Physical
Laboratory
3. Konferensi ke-17 Ukuran &
Berat Standar
|
|
C = 299.792,4574 + 0.0011 km/det
C = 299.792,4590 + 0.0008 km/det
“Satu meter adalah jarak tempuh cahaya dalam ruang hampa
selama 1/299792458 detik "
|
Dapat
disimpulkan kecepatan sang urusan dari bumi menuju langit adalah 29972,5
km/detik, sedangkan yang dimaksud sang urusan menurut beberapa ahli tafsir
adalah malaikat. Telah kita ketahui bahwa malikat adalah makhluk ALLAH
SWT yang terbuat dari cahaya. Jadi kecepatan cahaya/sang urusan itu adalah
29972,5 km/detik cocok dengan eksperimen yang dilakukan oleh michaelson dan
moreley 2 abad lalu yaitu sekitar 29972,5 km/detik yang sekarang dibulatkan
menjadi 3×105 km/detik.
Dalam
sejarah, telah kita ketahui bahwa dalam menempuh bumi menuju langit malaikat
memerlukan waktu satu hari, sedangkan telah kita ketahui pula bahwa dalam
mi’rojnya (bumi menuju langit), Rosulullah hanya memerlukan waktu satu malam.
Dari
persamaan di atas dapat kita simpulkan bahwa jarak Rosulullah dan malaikat
sama, yaitu bumi menuju langit. sedangkan waktu yang ditempuh Rosulullah dari
bumi menuju langit 1/2 dari waktu malaikat. Jadi, persamaanya sebagai berikut:
S(Rosulullah
SAW) =
S(malaikat)
V(Rosulullah
SAW) . t(Rosulullah SAW) =
V(malaikat) . t(malaikat)
V(Rosulullah
SAW) . 1/2 t = V(malaikat). t
V(Rosulullah
SAW) 1/2 =
3×105 km/detik
V(Rosulullah
SAW) = 6×105
km/detik
Jadi, dapat di simpulkan bahwa Rosulullah SAW dengan
mengendarai buroq dalam melaksanakan tugas besar yakni isro’ mi’roj mencapai
kecepatan sekitar 2 kali kecepatan cahaya yakni sekitar 6×105
km/detik.
“Perhitungan ini membuktikan
keakuratan dan konsistensi nilai konstanta C hasil pengukuran selama ini
dan juga menunjukkan kebenaran Al Quranul karim sebagai wahyu yang patut
dipelajari dengan analisis yang tajam karena penulisnya adalah Sang pencipta
alam semesta.” (DR. El Naby)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
uraian pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Buroq
adalah kendaraan yang digunakan Rasulullah dalam melakukan isra’ dan mi’raj
yang memiliki kecepatan seperti kilat.
2.
Kelajuan cahaya (kelajuan cahaya dalam
ruang vakum;
kecepatan cahaya) adalah sebuah konstanta
fisika
yang disimbolkan dengan huruf c, singkatan dari celeritas (yang
dirujuk dari dari bahasa Latin)
yang berarti "kecepatan"
dan kecepatan cahaya ini bernilai 299.792.458 meter per detik
3. Rosulullah SAW dengan mengendarai
buroq dalam melaksanakan tugas besar yakni isro’ mi’roj mencapai kecepatan
sekitar 2 kali kecepatan cahaya yakni sekitar 6×105 km/detik.
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://syiahali.wordpress.com/2011/08/27/1-hari-sama-dengan-1000-tahun-atau-50-000-tahun/
0 komentar:
Posting Komentar