by : Vina Fatimatu Zahro
ANALISIS KECEPATAN BURAQ DENGAN KECEPATAN
CAHAYA
Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas Fisika
Modern
yang diampu oleh Sri
Jumini, M.Pd
Disusun oleh :
Vina Fatimatu Zahro
1211.028
Pend. Fisika IV A
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
UNIVERSITAS
SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ)
JAWA
TENGAH DI WONOSOBO
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Ketika
Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW terbang bersama malaikat ke antariksa untuk
ditunjukkan kebesaran Allah SWT. Nabi sebagai manusia biasa terbang dengan
kecepatan malaikat menggunakan Al Barqun atau disebut Buroq yang tentu
melindungi Muhammad SAW dari efek kecepatan sangat tinggi itu.
Dalam
penggambaran mengenai bentuk buroq terdapat 2 pendapat, pendapat yang pertama
mengatakan buroq adalah hewan yang putih panjang, tingginya diatas khimar
diatas keledai, larinya secepat kilat, langkahnya sejauh mata memandang, kedua
telinganya senantiasa bergerak, sedangkan pendapat yang kedua mengatakan bahwa
buroq adalah sesuatu kendaraan yang mempunyai sifat dan kecepatannya diatas
kilat atau sesuatu yang kecepatannya melebihi gerakan sinar.
Saat
sekarang ini banyak orang mengaitkan buroq dengan kecepatan cahaya yang
merupakan kecepatan tercepat yang diyakini bisa dicapai oleh sebuah benda di
alam semesta ini, dan memiliki nilai sebesar 299.792.458 meter per detik (m/s).
Hal ini dikarenakan Masjidil Aqsa merupakan suatu tempat yang terletak di
Negara Palestina, sedangkan Sidrotul Muntaha adalah suatu tempat di langit ke
tujuh yang menurut alquran berjarak seribu tahun dari bumi menurut perhitungan
kita. Jika kita bayangkan, dengan pesawat apa Rosulullah SAW bisa mecapai
tempat tersebut. Dan, 14 abad silam apakah ada kendaraan yang bisa mencapai
tempat itu. Bahkan sekarang pun, belum ada pesawat yang dapat mencapai
kecepatan cahaya atau bahkan mendekati kecepatan cahaya sekalipun.
Oleh
sebab itu disusunlah makalah yang berjudul “Analisis Kecepatan Buroq dengan
Kecepatan Cahaya” ini untuk membahas lebih jauh apakah ada kaitannya antara
kecepatan buroq dengan kecepatan cahaya.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apakah
yang dinamakan buroq itu ?
2. Apa
pengertian kecepatan cahaya ?
3. Bagaimana
kaitan kecepatan buroq dengan kecepatan cahaya ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Buroq
Kata Buroq Berasal dari kata Barkun
(bersinar), sewaktu ia datang tampak putih bersinar. Dan putih berkilau, itu
adalah sebaik-baik warna. Ada yang berpendapat, bahwa kata buroq itu berasal
dari kata Barqun Yang berarti kilat, karena kecepatan jalannya seperti
kilat.
Dalam kamus munawir, buroq diartikan
sebagai Fars mujanah (Kuda bersayap). Buroq berasal dari gerund بروقا atau
برقا kemudian digunakan sebagai nama benda mengikuti wazan فعال
sehingga menjadi براق yang artinya kilat. Setiap hal yang berkilat disebut Baariq.
Kendaraan yang digunakan oleh Nabi Muhammad SAW saat isra’ mi’raj disebut
buroq, karena ia memiliki kecepatan kilat.
Buroq adalah
binatang yang putih panjang, tingginya diatas khimar diatas keledai, larinya
secepat kilat, langkahnya sejauh mata memandang, kedua telinganya senantiasa
bergerak. Ketika ia mendaki gunung, kedua kaki belakangnya lebih panjang,
sedangkan ketika ia menuruni kedua kaki depannya yang lebih panjang. Buroq
memiliki dua sayap yang terletak pada kedua pahanya. Sayap itu untuk membantu
kedua kakinya ketika berlari, sehingga ia bisa berlari secepat kilat.
Namun ada
pendapat yang mengatakan bahwa amatlah janggal jika buroq tersebut dipahami
sebagai binatang atau kuda bersayap yang dapat terbang keangkasa bebas. Orang
tentu dapat mengetahui bahwa sayap hanya dapat berfungsi dalam lingkungan
atmosfir planet dimana udara ditunda kebelakang untuk gerak maju kemuka atau
ditekan kebawah untuk melambung keatas.
Udara yang seperti itu hanya berada dalam troposfir yang
tingginya 6 hingga 16 Km dari permukaan bumi, padahal buroq itu harus menempuh
perjalanan menembusi luar angkasa yang hampa udara dimana sayap tak berguna
malah menjadi beban. Dengan kecepatan kilat maka binatang kendaraan itu, begitu
juga Nabi yang menaiki, akan terbakar dalam daerah atmosfir bumi, sebaliknya
ketiadaan udara untuk bernafas dalam menempuh jarak yang sangat jauh sementara
itu harus mengelakkan diri dari meteorities yang berlayangan diangkasa bebas.
Semua itu
membuktikan bahwa Nabi Muhammad Saw bukanlah melakukan perjalanan mi’rajnya
dengan menggunakan binatang ataupun hewan bersayap. Penggantian istilah dari Barqu
yang berarti kilat menjadi buroq jelas mengandung pengertian yang berbeda,
dimana jika Barqu itu adalah kilat, maka buroq diasumsikan sebagai
sesuatu kendaraan yang mempunyai sifat dan kecepatannya diatas kilat atau
sesuatu yang kecepatannya melebihi gerakan sinar. Atau dapat dikatakan bahwa buroq
adalah sebuah kendaraan (dapat dikatakan sebagai pesawat) yang memiliki
kecepatan sebesar kecepatan cahaya dan dapat melindungi Rosulullah dari gas
beracun di luar angkasa dan melindungi Rasulullah dari hantaman benda-benda
yang ada diluar angkasa yang di dalamnya juga terdapat cukup udara untuk
Rasulullah bernafas.
Bertolak dari pendapat-pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa buroq adalah kendaraan yang digunakan Rasulullah dalam
melakukan isra’ dan mi’raj yang memiliki kecepatan seperti kilat.
B.
Pengertian
Kecepatan Cahaya
Kelajuan cahaya (kelajuan cahaya dalam
ruang vakum;
kecepatan cahaya) adalah sebuah konstanta
fisika
yang disimbolkan dengan huruf c, singkatan dari celeritas (yang
dirujuk dari dari bahasa Latin) yang berarti "kecepatan".
Konstanta ini sangat penting dalam fisika dan bernilai 299.792.458 meter per detik.
Nilai ini merupakan nilai eksak disebabkan oleh panjang meter didefinisikan
berdasarkan konstanta kelajuan cahaya. Kelajuan ini merupakan kelajuan maksimum
yang dapat dilajui oleh segala bentuk energi, materi, dan informasi dalam alam
semesta. Kelajuan ini merupakan kelajuan segala partikel tak bermassa dan medan
fisika, termasuk radiasi elektromagnetik dalam vakum.
Kelajuan ini pula menurut teori modern adalah kelajuan gravitasi
(kelajuan dari gelombang gravitasi).
Partikel-partikel maupun gelombang-gelombang ini bergerak pada kelajuan c
tanpa tergantung pada sumber gerak maupun kerangka acuan inersial pengamat. Dalam
teori relativitas, c saling
berkaitan dengan ruang dan waktu.
Konstanta ini muncul pula pada persamaan fisika kesetaraan
massa-energi E = mc2.
Kecepatan cahaya sampai saat ini masih diakui sebagai kecepatan yang paling
tercepat dari kemampuan bergerak suatu benda apapun.
1.
2.
3.
C.
Kecepatan
Buroq dengan Kecepatan Cahaya
z`»ysö6ß üÏ%©!$# 3uó r& ¾ÍnÏö7yèÎ/ Wxøs9 ÆÏiB ÏÉfó¡yJø9$# ÏQ#tysø9$# n<Î) ÏÉfó¡yJø9$# $|Áø%F{$# Ï%©!$# $oYø.t»t/ ¼çms9öqym ¼çmtÎã\Ï9 ô`ÏB !$oYÏG»t#uä 4 ¼çm¯RÎ) uqèd ßìÏJ¡¡9$# çÅÁt7ø9$# ÇÊÈ
“Maha suci Allah, yang
telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil
Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya
sebagian dari tanda–tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar
lagi Maha Melihat.” (QS Al Israa: 1)
Berdasarkan
ayat diatas Nabi Muhammad SAW melakukan isra’ mi’raj, menempuh jarak ribuan
kilometer hanya dalam waktu semalam. Masjidil Aqsa merupakan
suatu tempat yang terletak di Negara Palestina, sedangkan Sidrotul Muntaha
adalah suatu tempat di langit ke tujuh yang menurut Al Qur’an berjarak seribu
tahun dari bumi menurut perhitungan kita. Menurut akal pikiran kita sehari-hari
yang tetap tinggal dibumi, jarak yang demikian jauhnya tidak mungkin dapat
dicapai hanya dalam beberapa saat saja. Untuk menerobos garis tengah jagat raya
saja memerlukan waktu 10 milyar tahun cahaya melalui galaksi-galaksi yang oleh
Garnow disebut sebagai fosil-fosil jagad raya dan selanjutnya menuju alam yang
sulit digambarkan jauhnya oleh akal pikiran dan panca indera manusia dengan
segala macam peralatannya, karena belum atau bahkan tidak diketahui oleh para
Astronomi, galaksi yang lebih jauh dari 20 bilyun tahun cahaya. Dengan kata
lain mereka para Astronom tidak dapat melihat apa yang ada dibalik galaksi
sejauh itu karena keadaannya benar-benar gelap mutlak.
Untuk
mencapai jarak yang demikian jauhnya tentu diperlukan penambahan kecepatan yang
berlipat kali kecepatan cahaya. Sayangnya kecepatan cahaya merupakan kecepatan
yang tertinggi yang diketahui oleh manusia sampai hari ini atau bisa jadi
karena parameter kecepatan cahaya belum terjangkau oleh manusia.
Fakta mengenai isra’ mi’raj ini pun
dapat dibuktikan secara ilmiah menggunakan ilmu matematika dan fisika.
Relativitas waktu adalah fakta yang
terbukti secara ilmiah. Hal ini telah diungkapkan melalui teori relativitas
waktu Einstein di awal abad ke-20. Sebelumnya, manusia belumlah mengetahui
bahwa waktu adalah sebuah konsep yang relatif, dan waktu dapat berubah
tergantung keadaannya. Ilmuwan besar, Albert Einstein, dengan teori
relativitasnya menjelaskan bahwa waktu ditentukan oleh massa dan kecepatan.
Dalam
AlQur’an surat Ma’arij kita jumpai betapa hitungan waktu yang diperlukan oleh
para malaikat dan ruh-ruh orang yang meninggal kembali kepada Tuhan:
ßlã÷ès? èpx6Í´¯»n=yJø9$# ßyr9$#ur Ïmøs9Î) Îû 5Qöqt tb%x. ¼çnâ#yø)ÏB tûüÅ¡÷Hs~ y#ø9r& 7puZy ÇÍÈ
“Malaikat-malaikat dan
Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu
tahun.”
Maksud
dari ayat tersebut adalah malaikat-malaikat dan Jibril jika menghadap Tuhan
memakan waktu satu hari yang apabila dilakukan oleh manusia akan memakan waktu
lima puluh ribu tahun. Ayat tersebut menunjukkan adanya
perbedaan waktu yang cukup besar antara waktu kita yang tetap dibumi dengan
waktu malaikat yang bergerak cepat sesuai dengan pendapat para ahli fisika yang
menyebutkan “Time for a person on earth and time for a person in hight speed
rocket are not the same”, waktu bagi seseorang yang berada dibumi berbeda
dengan waktu bagi orang yang ada dalam pesawat yang berkecepatan tinggi.
Perbedaan
waktu yang disebut dalam ayat diatas dinyatakan dengan angka satu hari malaikat
berbanding 50.000 tahun waktu bumi, perbedaan ini tidak ubahnya dengan
perbedaan waktu bumi dan waktu elektron, dimana satu detik bumi sama dengan
1.000 juta tahun elektron atau 1 tahun Bima Sakti = 225 juta tahun waktu sistem
solar.
Jadi,
bila malaikat berangkat jam 18:00 dan kembali pada jam 06.00 pagi waktu
malaikat, maka menurut perhitungan waktu dibumi sehari malaikat = 50.000 tahun
waktu bumi. Dan untuk jarak radius alam semesta hingga sampai ke Muntaha dan
melewati angkasa raya yang disebut sebagai ‘Arsy Ilahi, 10 Milyard tahun cahaya
diperlukan waktu kurang lebih 548 tahun waktu malaikat.
Namun
malaikat Jibril kenyataannya dalam peristiwa Mi’raj Nabi Muhammad Saw itu hanya
menghabiskan waktu 1/2 hari waktu bumi atau maksimum 12 Jam atau = 1/100.000
tahun Jibril. Kejadian ini nampaknya begitu aneh dan bahkan tidak mungkin
menurut pengetahuan peradaban manusia saat ini, tetapi para ilmuwan mempunyai
pandangan lain, suatu contoh apa yang dikemukakan oleh Garnow dalam bukunya Physies
Foundations and Frontier antara lain disebutkan bahwa jika pesawat ruang
angkasa dapat terbang dengan kecepatan tetap (kecepatan cahaya) menuju kepusat sistem
galaksi Bima Sakti, ia akan kembali setelah menghabiskan waktu 40.000 tahun
menurut kalender bumi. Tetapi menurut sipengendara pesawat, penerbangan itu
hanya menghabiskan waktu 30 tahun saja. Perbedaan tampak begitu besar lebih
dari 1.000 kalinya.
Contoh
lain yang cukup populer, yaitu paradoks anak kembar, ialah seorang pilot kapal
ruang angkasa yang mempunyai saudara kembar dibumi, dia berangkat umpamanya
pada usia 0 tahun menuju sebuah bintang yang jaraknya dari bumi sejauh 25 tahun
cahaya. Setelah 50 tahun kemudian sipilot tadi kembali kebumi ternyata bahwa
saudaranya yang tetap dibumi berusia 49 tahun lebih tua, sedangkan sipilot baru
berusia 1 tahun saja. Atau penerbangan yang seharusnya menurut ukuran bumi
selama 50 tahun cahaya pulang pergi dirasakan oleh pilot hanya dalam waktu
selama 1 tahun saja.
Dari
contoh-contoh diatas menunjukkan bahwa jarak atau waktu menjadi semakin
mengkerut atau menyusut bila dilalui oleh kecepatan tinggi diatas yang menyamai
kecepatan cahaya.
Teori relativitas membahas mengenai
struktur ruang dan waktu serta mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
gravitasi. Diterangkan bahwa perbandingan nilai kecepatan suatu benda dengan
kecepatan cahaya akan berpengaruh pada keadaan benda tersebut. Semakin dekat
nilai kecepatan suatu benda dengan kecepatan cahaya maka semakin besar efek
yang dialaminya yaitu perlambatan waktu. Ketika kecepatan benda menyamai
kecepatan cahaya, maka benda itupun sampai pada satu keadaan nol. Dan jika
kecepatan benda itu melebehi kecepatan cahaya maka keadaan akan berubah. Efek
yang dialami bukan lagi perlambatan waktu namun sebaliknya waktu menjadi
mundur.
Dalam sejarah manusia, tak seorang
pun mampu mengungkapkan fakta ini jelas sebelumnya. Namun dalam Al Qur’an yang
turun 14 abad yang lalu telah berisi informasi tentang waktu yang bersifat
relative, berikut adalah salah satu ayat yang mengulas hal ini, yang berbunyi:
ãÎn/yã tøBF{$# ÆÏB Ïä!$yJ¡¡9$# n<Î) ÇÚöF{$# ¢OèO ßlã÷èt Ïmøs9Î) Îû 5Qöqt tb%x. ÿ¼çnâ#yø)ÏB y#ø9r& 7puZy $£JÏiB tbrãès? ÇÎÈ
“Dia mengatur urusan dari langit ke
bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya
adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.” (QS. As sajdah : 5).
Berdasarkan
ayat tersebut, kata urusan khususnya surat as-sajdah: 5 dapat
disimpulkan bahwa jarak sang urusan selama satu hari sama dengan jarak yang
ditempuh bulan selama 1000 tahun atau 12000 bulan. Persamaannya sebagai
berikut:
C . t =
S
S =
12000 . L
L =
v . T
C
. t = 12000 . L
dimana:
C = kecepatan sang urusan
t = waktu selama 1 hari= 23 jam 56 menit
4,0906 detik = 86164,0906
v = kecepatan relatif bulan terhadap
bumi maupun terhadap alam semesta
L = panjang rute edar bulan selama 1
bulan
Dalam menghitung gerakan benda
langit, digunakan dua sistem yaitu Sinodik dan Siderial. Sistem
Sinodik didasarkan pada gerakan semu Bulan dan Matahari dilihat dari Bumi.
Sistem ini menjadi dasar perhitungan kalender Masehi dimana satu bulan =
29,53509 hari.
Sistem Siderial didasarkan pada
gerakan relatif Bulan dan Matahari dilihat dari bintang jauh (pusat semesta).
Sistem ini menjadi dasar perhitungan kalender Islam (Hijriah) di mana satu
bulan = 27,321661 hari. Ahli-ahli astronomi selalu mendasarkan perhitungan
gerak benda langit (mechanical of Celestial) kepada sistem Siderial
karena dianggap lebih eksak dibandingkan sistem Sinodik yang mengandalkan
penampakan semu dari Bumi.
Pada sistem Siderial, 1 bulan = 27.321661 hari
dan 1 hari = 23 jam 56 menit 4.0906 detik = 86.164,0906 detik. Ada
dua tipe kecepatan bulan :
1. Kecepatan relatif terhadap bumi yang
dihitung dengan sistem sinodik, dengan rumus:
ve = 2 x π x R / T
dimana
R = jari-jari revolusi bulan = 384.264 km
T = periode revolusi bulan = 655,71986 jam
Jadi, ve
= 2 x 3,14162 x 384.264 km /
655,71986 jam
=
3682.07 km/jam
2. Kecepatan relatif terhadap bintang
atau alam semesta (sidereal). Perhitungan gerakan bulan dengan sistem sidereal
menurut para ahli lebih tepat digunakan. Einstein mengusulkan bahwa kecepatan
jenis kedua ini dihitung dengan mengalikan yang pertama dengan cosinus α,
sehingga:
v = ve x
Cosinus α
Dimana α adalah sudut yang
dibentuk oleh revolusi bumi selama satu bulan sidereal,
α = 26,92848o
Jadi:
C . t = 12000 . L
|
Substitusi
L = v . T
|
C . t = 12000 . v . T
|
Substitusi
v = ve . Cos α
|
C . t = 12000 . ( ve . Cos α ) . T
|
Substitusi
ve = 3682.07 km/jam,
α = 26.92848o
T = 655,71986 jam,
t = 86164.0906 det
|
C
= 12000 x ve x Cos α x (T / t)
|
|
C
= 12000 x 3.682,07 km/jam x 0,89157 x (655,71986
jam / 86.164,0906 detik)
|
|
C
= 299.792,4998 km/det
|
Dapat
disimpulkan kecepatan sang urusan dari bumi menuju langit adalah 29972,5
km/detik, sedangkan yang dimaksud sang urusan menurut beberapa ahli tafsir
adalah malaikat. Telah kita ketahui bahwa malikat adalah makhluk ALLAH
SWT yang terbuat dari cahaya. Jadi kecepatan cahaya atau sang urusan itu adalah
29972,5 km/detik cocok dengan eksperimen yang dilakukan oleh Michaelson dan Moreley
2 abad lalu yaitu sekitar 29972,5 km/detik yang sekarang dibulatkan menjadi
3×105 km/detik.
Dalam
sejarah, telah kita ketahui bahwa dalam menempuh bumi menuju langit malaikat
memerlukan waktu satu hari, sedangkan telah kita ketahui pula bahwa dalam
mi’rojnya (bumi menuju langit), Rosulullah hanya memerlukan waktu satu malam.
Dari
persamaan di atas dapat kita simpulkan bahwa jarak Rosulullah dan malaikat
sama, yaitu bumi menuju langit. sedangkan waktu yang ditempuh Rosulullah dari
bumi menuju langit 1/2 dari waktu malaikat. Jadi, persamaanya sebagai berikut:
S(Rosulullah
SAW) =
S(malaikat)
V(Rosulullah
SAW) . t(Rosulullah SAW) =
V(malaikat) . t(malaikat)
V(Rosulullah
SAW) . 1/2 t = V(malaikat). t
V(Rosulullah
SAW) 1/2 =
3×105 km/detik
V(Rosulullah
SAW) = 6×105
km/detik
Jadi, dapat di simpulkan bahwa Rosulullah SAW dengan
mengendarai buroq dalam melaksanakan tugas besar yakni isro’ mi’roj mencapai
kecepatan sekitar 2 kali kecepatan cahaya yakni sekitar 6×105
km/detik.
Menurut analisis saya tidak dapat ditentukan pastinya berapa
besar kecepatan buroq, karena kita tidak tahu persis berapa jarak masjidil
haram menuju sidratul muntaha. Namun dapat dipastikan bahwa kecepatan buroq
lebih besar daripada kecepatan cahaya.
“Perhitungan-perhitungan tersebut
membuktikan keakuratan dan konsistensi nilai konstanta C hasil pengukuran
selama ini dan juga menunjukkan kebenaran Al Quranul karim sebagai wahyu
yang patut dipelajari dengan analisis yang tajam karena penulisnya adalah Sang
pencipta alam semesta.” (DR. El Naby)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
uraian pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Buroq
adalah kendaraan yang digunakan Rasulullah dalam melakukan isra’ dan mi’raj
yang memiliki kecepatan seperti kilat.
2.
Kelajuan cahaya (kelajuan cahaya dalam ruang vakum;
kecepatan cahaya) adalah sebuah konstanta
fisika
yang disimbolkan dengan huruf c, singkatan dari celeritas (yang
dirujuk dari dari bahasa Latin) yang berarti "kecepatan"
dan kecepatan cahaya ini bernilai 299.792.458 meter per detik
3. Rosulullah SAW dengan mengendarai
buroq dalam melaksanakan tugas besar yakni isro’ mi’roj memiliki kecepatan lebih
besar dari kecepatan cahaya.
DAFTAR PUSTAKA
Atmaja,Bagus Tris.2007.http://som-plaks.blogspot.com/2009/02/buraq-dan-analisa-sains.html.Senin 10 Juni 2013 pukul 14:55
Effendie, Anwar. 1993.Isra’ Mi’raj, Perjalanan Ruang Waktu dalam
Kaitannya dengan Penciptaan Alam Raya.Jakarta: PT. Pradnya Paramita
0 komentar:
Posting Komentar