Cara Mengatasi Siswa Yang Gaptek
(Gagap Teknologi)
Tugas ini disusun guna memenuhi
tugas mata kuliah Bimbingan Konseling
yang diampu oleh Haryanto Alfandi,
M.Pd.I
Disusun oleh:
Vina Fatimatu Zahro (NIM : 1211028)
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
UNIVERSITAS
SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ)
JAWA TENGAH
DI WONOSOBO
2013
Cara
Mengatasi Siswa Gaptek
(Gagap
Teknologi)
Teknologi
bagi kita merupakan pengetahuan terhadap penggunaan alat dan kerajinan, dan bagaimana
hal tersebut mempengaruhi kemampuan untuk mengontrol dan beradaptasi dengan lingkungan
alamnya. Semakin bertambahnya hitungan tahun, teknologi pun terus mengalami
perkembangan. Perkembangan teknologi terbaru, termasuk mesin cetak, telepon, dan
Internet, dapat mengatasi hambatan fisik untuk komunikasi dan memungkinkan
manusia untuk berinteraksi dengan bebas pada skala global atau luas. Karena
manfaat tersebutlah yang memacu banyak manusia untuk terus menciptakan
teknologi yang semakin canggih dari tahun-tahun sebelumnya. Berbeda dengan
orang-orang yang terus mengembangkan ilmu pengetahuannya untuk menciptakan
teknologi-teknologi terbaru, ada beberapa orang yang justru masih kuwalahan
untuk terus mempelajari cara penggunaan teknologi-teknologi yang sudah ada,
atau yang lebih akrab disebut dengan istilah orang gaptek.
Gagap teknologi atau yang sering dikenal dengan istilah gaptek
adalah suatu keadaan dimana seseorang belum bisa mengikuti perkembangan
teknologi yang ada di lingkungan sekitarnya. Gaptek biasanya menyerang
mereka-mereka yang umumnya berusia tidak muda lagi karena daya pikir dan daya
ingat mereka yang sudah berkurang, atau teknologi tersebut belum pernah ada
pada zamannya sehingga mereka berpikir tidak perlu untuk memiliki atau
mempelajari teknologi tersebut. Tapi tidak menutup kemungkinan pelajar-pelajar
ataupun mahasiswa yang usianya masih muda juga bisa mengidap penyakit yang
namanya gaptek ini, karena gaptek bisa timbul dari beberapa faktor. Berikut ini
adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang menjadi gaptek, antara
lain :
1.
Tempat tinggal
Tinggal dilingkungan yang jauh dari peradaban kota dapat menyebabkan
seseorang atau siswa menjadi gaptek, karena umumnya teknologi lebih berkembang
pesat di daerah perkotaan. Gaya hidup dan tuntutan, membuat penduduk kota
berpikir bagaimana caranya mereka bisa lebih mudah dalam menjalani kehidupan di
kota. Sehingga mereka terus menciptakan atau hanya sekedar memanfaatkan
teknologi yang sudah ada sekarang ini. Berbeda dengan penduduk desa yang
cenderung masih memanfaatkan apa yang sudah disediakan alam. Semakin jauh
keberadaan sebuah desa dengan pusat kota, biasanya teknologi merekapun semakin
tertinggal pula.
Beberapa siswa
yang mulanya tinggal di daerah yang jauh dari pusat kota umumnya mereka
mengalami kesulitan dengan penggunaan teknologi dalam dunia pendidikan,
komputer misalnya.
2.
Harga alat-alat
teknologi yang cenderung mahal
Teknologi yang harganya cenderung mahal, membuat beberapa orang
yang berada pada ekonomi menengah kebawah berpikir ulang untuk membeli alat
tersebut. Semakin mahal harga sebuah produk teknologi maka akan semakin canggih
pula teknologinya, handphone misalnya, semakin mahal harga sebuah handphone
maka akan semakin banyak fasilitas yang ada pada handphone tersebut.
Siswa yang
berasal dari keluarga menengah kebawah, umumnya pengetahuan teknologi mereka
akan tertinggal jika dibandingkan dengan siswa yang berasal dari keluarga
berada. Karena siswa yang berasal dari keluarga berada dapat memperoleh ilmu
yang lebih banyak dan luas dengan memafaatkan teknologi yang ia miliki.
Mahalnya harga-harga produk teknologi juga membuat sekolah-sekolah
yang peserta didiknya kebanyakan dari kalangan berada tentunya teknologi yang
mereka gunakan akan lebih canggih daripada seolah-sekolah yang kebanyakan
peserta didiknya dari kalangan menengah kebawah.
3.
Malas untuk
belajar
Malas merupakan suatu sifat atau perilaku yang sangat merugikan
manusia. Manusia yang tidak bisa mengontrol rasa malasnya akan jauh tertinggal
dalam berbagai bidang dengan manusia yang dapat menjinakkan rasa malas yang
bisa muncul setiap saat.
Seorang siswa
yang malas walaupun berasal dari kota dan dari keluarga yang berada,
pengetahuan teknologinya akan lebih sedikit jika dibandingkan dengan siswa yang
berasal dari desa dan dari keluarga yang kurang mampu. Karena sebenarnya tidak
satu ilmupun yang bisa diperoleh tanpa harus mempelajarinya terlebih dahulu.
4.
Pembatasan gerak
Kontrol dari orang tua terhadap anaknya merupakan hal yang sangat
penting dan harus dilakukan oleh semua orang tua. Namun pembatasan terhadap
kegiatan dan pergaulan anak juga ada porsi tersendiri. Orang tua boleh saja
membatasi kegiatan dan pergaulan anak, tapi jangan sampai pembatasan ini justru
membuat kreativitas anak tidak bisa berkembang dengan optimal. Orang tua yang
terlalu mengekang anaknya sehingga anak tersebut tidak memiliki kebebasan sama
sekali untuk mengikuti perkembangan zaman. Orang tua yang memiliki pemikiran
handphone, laptop, internet dan lain sebagainya akan selalu memberi dampak
negatif terhadap anaknya akan melarang anak tersebut untuk mendekati hal-hal
tersebut. Misalanya saja, beberapa siswa yang berasal dari pesantren yang masih
melarang santri-santrinya untuk menggunakan internet, sebagian besar akan
mengalami kesulitan daripada peserta didik yang berasal dari pesantren modern
yang sudah mengajarkan santri-santrinya memanfaatkan teknologi-teknologi
terbaru.
Terlepas dari faktor-faktor penyebab gaptek di atas, hal terpenting
yang menjadikan seseorang mendapat julukan gaptek adalah lingkungan dimana ia
tinggal. Misalnya, Seorang mahasiswa jurusan
Teknologi Informasi Universitas terkenal dikatakan gaptek karena ia tidak dapat
membuat program, namun jika mahasiswa yang tidak bisa membuat program tersebut
berada di Fakultas pendidikan maka ia tidak akan disebut gaptek.
Gaptek dapat memberikan dampak tidak hanya bangi orang yang gaptek tapi
juga memberi dampak pada orang lain dan lingkungan yang ada disekitarnya.
Berikut ini adalah beberapa contoh dampak yang dapat ditimbulkan siswa gaptek
terhadap diri dan lingkungan sekitarnya :
1.
Membuat
kegiatan pembelajaran yang berhubungan dengan pemanfaatan teknologi di kelas
menjadi tidak lancar, misalnya saat pembelajaran mata pelajaran Teknologi
informasi dan Komunikasi akan menjadi kurang lancar jika salah satu atau
beberapa peserta didiknya ada yang gaptek, karena guru menjadi lebih fokus
hanya pada satu orang tersebut.
2.
Siswa yang
gaptek cenderung akan menerima ejekan dari teman-temannya karena dia dianggap
ketinggalan jaman atau nggak gaul.
3.
Siswa yang
gaptek cenderung kurang luas wawasan pengetahuannya, misalnya peserta didik
yang belum bisa menggunakan internet akan menjadi kurang pengetahuannya dari
pada siswa yang sudah bisa menggunakannya, walaupun informasi dapat diperoleh
dari teknologi lain.
4.
Siswa yang
gaptek cenderung akan merasa kurang percaya diri karena merasa dirinya kurang
pintar daripada teman-temannya.
5.
Gaptek dapat
menyebabkan prestasi siswa kurang memuaskan, karena sumber belajar untuk saat
ini bukan hanya berasal dari buku, tetapi ilmu juga bisa diperoleh dengan
memanfaatkan teknologi, seperti internet.
6.
Gaptek juga
berdampak pada keawetan fasilitas sekolah yang berhubungan dengan teknologi,
karena jika peserta didik tidak mengetahui prosedur penggunaan alat yang baik
dan benar maka kemungkinan besar akan terjadi kerusakan pada alat.
Keberhasilan sebuah pembelajaran tidak hanya dipegang penuh oleh
guru tapi orang tua peserta didik juga mempunyai peran yang sangat penting,
karena walaupun seorang anak disekolah tergolong menjadi siswa yang rajin dan
selalu memperhatikan penjelasan dari guru tapi jika dirumah orang tua anak tidak
memberi motivasi kepada anak maka penjelasan guru disekolah akan menjadi
sia-sia. Begitupun untuk mengatasi siswa yang gaptek, dibutuhkan kerjasama
antara guru dan orang tua peserta didik. Diantara langkah-langkah yang bisa
dilakukan oleh guru dan orang tua peserta didik antara lain :
1.
Guru mendekati
peserta didik dan memberikan rasa nyaman, hinggga dia mau terbuka dengan
masalah yang sedang dia alami. Setelah itu guru bisa menanyakan dengan
pelan-pelan pada peserta didik apa yang membuatnya menjadi gaptek.
2.
Guru memberi
motivasi dan pengertian kepada siswa tentang pentingnya mempelajari teknologi.
Motivasi ini juga harus dilakukan oleh orang tua. Bagi siswa yang malas untuk
belajar teknologi, dengan adanya motivasi dari orang tua dan guru akan dapat
menambah kesadaran siswa tersebut sehingga dia mau untuk belajar penggunaan
teknologi. Guru juga bisa mengatakan, jika kamu dapat menguasai teknologi kamu
tidak akan diejek sama teman-temanmu lagi.
3.
Guru memberi
pengertian kepada orang tua-orang tua peserta didik tentang pentingnya
teknologi untuk kegiatan pendidikan sekarang ini. Walaupun tidak sedikit dampak
negatif yang ditimbulkan oleh teknologi, namun juga terdapat segudang manfaat
yang dapat diperoleh oleh peserta didik. Guru memberi pengertian kepada orang
tua peserta didik bahwa jika ingin mendidik anak agar tidak terjerumus ke jalan
yang tidak baik tidak harus dilakuka dengan melarang anak untuk mempelajari
teknologi. Namun hal tersebut bisa dilakukan dengan memberikan pendidikan agama
yang kuat bagi anak, sehingga anak tidak mudah terpengaruh dengan hal-hal yang negatif.
Orang tua juga bisa mengotrol kegiatan anak, misalnya dengan mendampingi anak
saat menonton tv atau sering mengawasi anak saat belajar dengan internet atau
teknologi-teknologi lain.
4.
Guru Teknologi
Informasi dan Komunikasi bisa memberi bimbingan kepada siswa diluar jam sekolah
sehingga tidak mengganggu kelancaran proses belajar mengajar, dengan cara ini
pula siswa bisa leluasa bertanya kepada guru tanpa harus merasa malu atau
gengsi.
5.
Bagi orang tua
peserta didik, membangun lingkungan keluarga yang harmonis adalah suatu hal
yang wajib dilakukan untuk membantu tumbuh kembang anak. Dengan lingkungan
keluarga yang mendukung siswa dapat berkonsentrasi dengan pelajaran yang ada
disekolah, dan orang tua bisa terus mengontrol kegiatan anak dengan mengajaknya
bercerita mengenai kegiatannya di sekolah.
6.
Sekolah harus mengusahakan kelengkapan
fasilitas teknologi bagi siswa, minimal dengan menyediakan 5-10 komputer yang
sudah bisa konek dengan internet, sehingga jika ada tugas sekolah untuk
browsing diinternet peserta didik tidak perlu ke warnet. Dengan hal ini guru
juga bisa meminimalisir kemungkinan peserta didik membuka hal-hal yang tidak
baik baik di internet, karena guru bisa terus memantau secara langsung peserta
didik saat sedang online. Walaupun dengan jumlah komputer yang minimal, guru
dapat mengusahakan siswa mampu menggunakannya dengan cara praktik secara
bergantian diluar jam sekolah atau menjadikannya sebagai ektra kulikuler wajib
bagi semua peserta didik. Dengan menjadikannya sebagai ekstra kulikuler yang
wajib akan dapat memotivasi peserta didik baik dari kalangan yang mampu maupun
yang tidak mampu, yang malas maupun yang rajin, yang tidak diijinkan atau
diijinkan orang tuanya, yang tinggal di desa maupun di kota, semuanya dapat
mempelajari penggunaan komputer dengan prakti secara langsung.
0 komentar:
Posting Komentar