Pages

Kamis, 11 Juni 2015

ANALISIS KECEPATAN BURAQ DENGAN KECEPATAN CAHAYA


by : Vina Fatimatu Zahro
ANALISIS KECEPATAN BURAQ DENGAN KECEPATAN CAHAYA
Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas Fisika Modern
yang diampu oleh Sri Jumini, M.Pd














Disusun oleh :
Vina Fatimatu Zahro
1211.028
Pend. Fisika IV A


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ)
JAWA TENGAH DI WONOSOBO
2013

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Ketika Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW terbang bersama malaikat ke antariksa untuk ditunjukkan kebesaran Allah SWT. Nabi sebagai manusia biasa terbang dengan kecepatan malaikat menggunakan Al Barqun atau disebut Buroq yang tentu melindungi Muhammad SAW dari efek kecepatan sangat tinggi itu.
Dalam penggambaran mengenai bentuk buroq terdapat 2 pendapat, pendapat yang pertama mengatakan buroq adalah hewan yang putih panjang, tingginya diatas khimar diatas keledai, larinya secepat kilat, langkahnya sejauh mata memandang, kedua telinganya senantiasa bergerak, sedangkan pendapat yang kedua mengatakan bahwa buroq adalah sesuatu kendaraan yang mempunyai sifat dan kecepatannya diatas kilat atau sesuatu yang kecepatannya melebihi gerakan sinar.
Saat sekarang ini banyak orang mengaitkan buroq dengan kecepatan cahaya yang merupakan kecepatan tercepat yang diyakini bisa dicapai oleh sebuah benda di alam semesta ini, dan memiliki nilai sebesar 299.792.458 meter per detik (m/s). Hal ini dikarenakan Masjidil Aqsa merupakan suatu tempat yang terletak di Negara Palestina, sedangkan Sidrotul Muntaha adalah suatu tempat di langit ke tujuh yang menurut alquran berjarak seribu tahun dari bumi menurut perhitungan kita. Jika kita bayangkan, dengan pesawat apa Rosulullah SAW bisa mecapai tempat tersebut. Dan, 14 abad silam apakah ada kendaraan yang bisa mencapai tempat itu. Bahkan sekarang pun, belum ada pesawat yang dapat mencapai kecepatan cahaya atau bahkan mendekati kecepatan cahaya sekalipun.
Oleh sebab itu disusunlah makalah yang berjudul “Analisis Kecepatan Buroq dengan Kecepatan Cahaya” ini untuk membahas lebih jauh apakah ada kaitannya antara kecepatan buroq dengan kecepatan cahaya.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dinamakan buroq itu ?
2.      Apa pengertian kecepatan cahaya ?
3.      Bagaimana kaitan kecepatan buroq dengan kecepatan cahaya ?






BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Buroq
Kata Buroq Berasal dari kata Barkun (bersinar), sewaktu ia datang tampak putih bersinar. Dan putih berkilau, itu adalah sebaik-baik warna. Ada yang berpendapat, bahwa kata buroq itu berasal dari kata Barqun Yang berarti kilat, karena kecepatan jalannya seperti kilat.
Dalam kamus munawir, buroq diartikan sebagai Fars mujanah (Kuda bersayap). Buroq berasal dari gerund بروقا                                    atau  برقا kemudian digunakan sebagai nama benda mengikuti wazan فعال sehingga menjadi براق yang artinya kilat. Setiap hal yang berkilat disebut Baariq. Kendaraan yang digunakan oleh Nabi Muhammad SAW saat isra’ mi’raj disebut buroq, karena ia memiliki kecepatan kilat.
Buroq adalah binatang yang putih panjang, tingginya diatas khimar diatas keledai, larinya secepat kilat, langkahnya sejauh mata memandang, kedua telinganya senantiasa bergerak. Ketika ia mendaki gunung, kedua kaki belakangnya lebih panjang, sedangkan ketika ia menuruni kedua kaki depannya yang lebih panjang. Buroq memiliki dua sayap yang terletak pada kedua pahanya. Sayap itu untuk membantu kedua kakinya ketika berlari, sehingga ia bisa berlari secepat kilat.
Namun ada pendapat yang mengatakan bahwa amatlah janggal jika buroq tersebut dipahami sebagai binatang atau kuda bersayap yang dapat terbang keangkasa bebas. Orang tentu dapat mengetahui bahwa sayap hanya dapat berfungsi dalam lingkungan atmosfir planet dimana udara ditunda kebelakang untuk gerak maju kemuka atau ditekan kebawah untuk melambung keatas.
Udara yang seperti itu hanya berada dalam troposfir yang tingginya 6 hingga 16 Km dari permukaan bumi, padahal buroq itu harus menempuh perjalanan menembusi luar angkasa yang hampa udara dimana sayap tak berguna malah menjadi beban. Dengan kecepatan kilat maka binatang kendaraan itu, begitu juga Nabi yang menaiki, akan terbakar dalam daerah atmosfir bumi, sebaliknya ketiadaan udara untuk bernafas dalam menempuh jarak yang sangat jauh sementara itu harus mengelakkan diri dari meteorities yang berlayangan diangkasa bebas.
Semua itu membuktikan bahwa Nabi Muhammad Saw bukanlah melakukan perjalanan mi’rajnya dengan menggunakan binatang ataupun hewan bersayap. Penggantian istilah dari Barqu yang berarti kilat menjadi buroq jelas mengandung pengertian yang berbeda, dimana jika Barqu itu adalah kilat, maka buroq diasumsikan sebagai sesuatu kendaraan yang mempunyai sifat dan kecepatannya diatas kilat atau sesuatu yang kecepatannya melebihi gerakan sinar. Atau dapat dikatakan bahwa buroq adalah sebuah kendaraan (dapat dikatakan sebagai pesawat) yang memiliki kecepatan sebesar kecepatan cahaya dan dapat melindungi Rosulullah dari gas beracun di luar angkasa dan melindungi Rasulullah dari hantaman benda-benda yang ada diluar angkasa yang di dalamnya juga terdapat cukup udara untuk Rasulullah bernafas.
Bertolak dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa buroq adalah kendaraan yang digunakan Rasulullah dalam melakukan isra’ dan mi’raj yang memiliki kecepatan seperti kilat.

B.     Pengertian Kecepatan Cahaya
Kelajuan cahaya (kelajuan cahaya dalam ruang vakum; kecepatan cahaya) adalah sebuah konstanta fisika yang disimbolkan dengan huruf c, singkatan dari celeritas (yang dirujuk dari dari bahasa Latin) yang berarti "kecepatan". Konstanta ini sangat penting dalam fisika dan bernilai 299.792.458 meter per detik. Nilai ini merupakan nilai eksak disebabkan oleh panjang meter didefinisikan berdasarkan konstanta kelajuan cahaya. Kelajuan ini merupakan kelajuan maksimum yang dapat dilajui oleh segala bentuk energi, materi, dan informasi dalam alam semesta. Kelajuan ini merupakan kelajuan segala partikel tak bermassa dan medan fisika, termasuk radiasi elektromagnetik dalam vakum. Kelajuan ini pula menurut teori modern adalah kelajuan gravitasi (kelajuan dari gelombang gravitasi). Partikel-partikel maupun gelombang-gelombang ini bergerak pada kelajuan c tanpa tergantung pada sumber gerak maupun kerangka acuan inersial pengamat. Dalam teori relativitas, c saling berkaitan dengan ruang dan waktu. Konstanta ini muncul pula pada persamaan fisika kesetaraan massa-energi E = mc2. Kecepatan cahaya sampai saat ini masih diakui sebagai kecepatan yang paling tercepat dari kemampuan bergerak suatu benda apapun.
Konstanta c atau kecepatan cahaya yaitu kecepatan tercepat di jagat raya ini diukur, dihitung atau ditentukan oleh berbagai institusi berikut:
1.      US National Bureau of Standards, C = 299792.4574 + 0.0011 km/det
2.      The British National Physical Laboratory, C = 299792.4590 + 0.0008 km/det
3.     Konferensi ke-17 tentang Penetapan Ukuran dan Berat Standar: ”Satu meter adalah jarak tempuh cahaya dalam ruang vacum selama jangka waktu 1/299792458 detik".

C.    Kecepatan Buroq dengan Kecepatan Cahaya
z`»ysö6ß üÏ%©!$# 3uŽó r& ¾ÍnÏö7yèÎ/ Wxøs9 šÆÏiB ÏÉfó¡yJø9$# ÏQ#tysø9$# n<Î) ÏÉfó¡yJø9$# $|Áø%F{$# Ï%©!$# $oYø.t»t/ ¼çms9öqym ¼çmtƒÎŽã\Ï9 ô`ÏB !$oYÏG»tƒ#uä 4 ¼çm¯RÎ) uqèd ßìŠÏJ¡¡9$# 玍ÅÁt7ø9$# ÇÊÈ
Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda–tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS Al Israa: 1)
Berdasarkan ayat diatas Nabi Muhammad SAW melakukan isra’ mi’raj, menempuh jarak ribuan kilometer hanya dalam waktu semalam. Masjidil Aqsa merupakan suatu tempat yang terletak di Negara Palestina, sedangkan Sidrotul Muntaha adalah suatu tempat di langit ke tujuh yang menurut Al Qur’an berjarak seribu tahun dari bumi menurut perhitungan kita. Menurut akal pikiran kita sehari-hari yang tetap tinggal dibumi, jarak yang demikian jauhnya tidak mungkin dapat dicapai hanya dalam beberapa saat saja. Untuk menerobos garis tengah jagat raya saja memerlukan waktu 10 milyar tahun cahaya melalui galaksi-galaksi yang oleh Garnow disebut sebagai fosil-fosil jagad raya dan selanjutnya menuju alam yang sulit digambarkan jauhnya oleh akal pikiran dan panca indera manusia dengan segala macam peralatannya, karena belum atau bahkan tidak diketahui oleh para Astronomi, galaksi yang lebih jauh dari 20 bilyun tahun cahaya. Dengan kata lain mereka para Astronom tidak dapat melihat apa yang ada dibalik galaksi sejauh itu karena keadaannya benar-benar gelap mutlak.
Untuk mencapai jarak yang demikian jauhnya tentu diperlukan penambahan kecepatan yang berlipat kali kecepatan cahaya. Sayangnya kecepatan cahaya merupakan kecepatan yang tertinggi yang diketahui oleh manusia sampai hari ini atau bisa jadi karena parameter kecepatan cahaya belum terjangkau oleh manusia.
Fakta mengenai isra’ mi’raj ini pun dapat dibuktikan secara ilmiah menggunakan ilmu matematika dan fisika.
Relativitas waktu adalah fakta yang terbukti secara ilmiah. Hal ini telah diungkapkan melalui teori relativitas waktu Einstein di awal abad ke-20. Sebelumnya, manusia belumlah mengetahui bahwa waktu adalah sebuah konsep yang relatif, dan waktu dapat berubah tergantung keadaannya. Ilmuwan besar, Albert Einstein, dengan teori relativitasnya menjelaskan bahwa waktu ditentukan oleh massa dan kecepatan.
Dalam AlQur’an surat Ma’arij kita jumpai betapa hitungan waktu yang diperlukan oleh para malaikat dan ruh-ruh orang yang meninggal kembali kepada Tuhan:
ßlã÷ès? èpx6Í´¯»n=yJø9$# ßyr9$#ur Ïmøs9Î) Îû 5Qöqtƒ tb%x. ¼çnâ#yø)ÏB tûüÅ¡÷Hs~ y#ø9r& 7puZy ÇÍÈ
Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun.”
Maksud dari ayat tersebut adalah malaikat-malaikat dan Jibril jika menghadap Tuhan memakan waktu satu hari yang apabila dilakukan oleh manusia akan memakan waktu lima puluh ribu tahun. Ayat tersebut menunjukkan adanya perbedaan waktu yang cukup besar antara waktu kita yang tetap dibumi dengan waktu malaikat yang bergerak cepat sesuai dengan pendapat para ahli fisika yang menyebutkan “Time for a person on earth and time for a person in hight speed rocket are not the same”, waktu bagi seseorang yang berada dibumi berbeda dengan waktu bagi orang yang ada dalam pesawat yang berkecepatan tinggi.
Perbedaan waktu yang disebut dalam ayat diatas dinyatakan dengan angka satu hari malaikat berbanding 50.000 tahun waktu bumi, perbedaan ini tidak ubahnya dengan perbedaan waktu bumi dan waktu elektron, dimana satu detik bumi sama dengan 1.000 juta tahun elektron atau 1 tahun Bima Sakti = 225 juta tahun waktu sistem solar.
Jadi, bila malaikat berangkat jam 18:00 dan kembali pada jam 06.00 pagi waktu malaikat, maka menurut perhitungan waktu dibumi sehari malaikat = 50.000 tahun waktu bumi. Dan untuk jarak radius alam semesta hingga sampai ke Muntaha dan melewati angkasa raya yang disebut sebagai ‘Arsy Ilahi, 10 Milyard tahun cahaya diperlukan waktu kurang lebih 548 tahun waktu malaikat.
Namun malaikat Jibril kenyataannya dalam peristiwa Mi’raj Nabi Muhammad Saw itu hanya menghabiskan waktu 1/2 hari waktu bumi atau maksimum 12 Jam atau = 1/100.000 tahun Jibril. Kejadian ini nampaknya begitu aneh dan bahkan tidak mungkin menurut pengetahuan peradaban manusia saat ini, tetapi para ilmuwan mempunyai pandangan lain, suatu contoh apa yang dikemukakan oleh Garnow dalam bukunya Physies Foundations and Frontier antara lain disebutkan bahwa jika pesawat ruang angkasa dapat terbang dengan kecepatan tetap  (kecepatan cahaya) menuju kepusat sistem galaksi Bima Sakti, ia akan kembali setelah menghabiskan waktu 40.000 tahun menurut kalender bumi. Tetapi menurut sipengendara pesawat, penerbangan itu hanya menghabiskan waktu 30 tahun saja. Perbedaan tampak begitu besar lebih dari 1.000 kalinya.
Contoh lain yang cukup populer, yaitu paradoks anak kembar, ialah seorang pilot kapal ruang angkasa yang mempunyai saudara kembar dibumi, dia berangkat umpamanya pada usia 0 tahun menuju sebuah bintang yang jaraknya dari bumi sejauh 25 tahun cahaya. Setelah 50 tahun kemudian sipilot tadi kembali kebumi ternyata bahwa saudaranya yang tetap dibumi berusia 49 tahun lebih tua, sedangkan sipilot baru berusia 1 tahun saja. Atau penerbangan yang seharusnya menurut ukuran bumi selama 50 tahun cahaya pulang pergi dirasakan oleh pilot hanya dalam waktu selama 1 tahun saja.
Dari contoh-contoh diatas menunjukkan bahwa jarak atau waktu menjadi semakin mengkerut atau menyusut bila dilalui oleh kecepatan tinggi diatas yang menyamai kecepatan cahaya.
Teori relativitas membahas mengenai struktur ruang dan waktu serta mengenai hal-hal yang berhubungan dengan gravitasi. Diterangkan bahwa perbandingan nilai kecepatan suatu benda dengan kecepatan cahaya akan berpengaruh pada keadaan benda tersebut. Semakin dekat nilai kecepatan suatu benda dengan kecepatan cahaya maka semakin besar efek yang dialaminya yaitu perlambatan waktu. Ketika kecepatan benda menyamai kecepatan cahaya, maka benda itupun sampai pada satu keadaan nol. Dan jika kecepatan benda itu melebehi kecepatan cahaya maka keadaan akan berubah. Efek yang dialami bukan lagi perlambatan waktu namun sebaliknya waktu menjadi mundur.
Dalam sejarah manusia, tak seorang pun mampu mengungkapkan fakta ini jelas sebelumnya. Namun dalam Al Qur’an yang turun 14 abad yang lalu telah berisi informasi tentang waktu yang bersifat relative, berikut adalah salah satu ayat yang mengulas hal ini, yang berbunyi: 
ãÎn/yムtøBF{$# šÆÏB Ïä!$yJ¡¡9$# n<Î) ÇÚöF{$# ¢OèO ßlã÷ètƒ Ïmøs9Î) Îû 5Qöqtƒ tb%x. ÿ¼çnâ#yø)ÏB y#ø9r& 7puZy $£JÏiB tbrãès? ÇÎÈ
“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.” (QS. As sajdah : 5).
Berdasarkan ayat tersebut, kata urusan khususnya surat as-sajdah: 5 dapat disimpulkan bahwa jarak sang urusan selama satu hari sama dengan jarak yang ditempuh bulan selama 1000 tahun atau 12000 bulan. Persamaannya sebagai berikut:
C . t     = S                    
S          = 12000 . L          
L          = v . T
C . t     = 12000 . L  
dimana:
C = kecepatan sang urusan
t = waktu selama 1 hari= 23 jam 56 menit 4,0906 detik = 86164,0906
v = kecepatan relatif bulan terhadap bumi maupun terhadap alam semesta 
L = panjang rute edar bulan selama 1 bulan
Dalam menghitung gerakan benda langit, digunakan dua sistem yaitu Sinodik dan Siderial. Sistem Sinodik didasarkan pada gerakan semu Bulan dan Matahari dilihat dari Bumi. Sistem ini menjadi dasar perhitungan kalender Masehi dimana satu bulan = 29,53509 hari.
Sistem Siderial didasarkan pada gerakan relatif Bulan dan Matahari dilihat dari bintang jauh (pusat semesta). Sistem ini menjadi dasar perhitungan kalender Islam (Hijriah) di mana satu bulan = 27,321661 hari. Ahli-ahli astronomi selalu mendasarkan perhitungan gerak benda langit (mechanical of Celestial) kepada sistem Siderial karena dianggap lebih eksak dibandingkan sistem Sinodik yang mengandalkan penampakan semu dari Bumi.
Pada sistem Siderial, 1 bulan  = 27.321661 hari  dan 1 hari = 23 jam 56 menit 4.0906 detik = 86.164,0906 detik. Ada dua tipe kecepatan bulan :
1.      Kecepatan relatif terhadap bumi yang dihitung dengan sistem sinodik, dengan rumus: 
                        ve = 2 x π x R / T
dimana  
R = jari-jari revolusi bulan = 384.264 km
T = periode revolusi bulan = 655,71986 jam
Jadi,      ve       =  2 x 3,14162 x 384.264 km / 655,71986 jam
                                    =  3682.07 km/jam
2.      Kecepatan relatif terhadap bintang atau alam semesta (sidereal). Perhitungan gerakan bulan dengan sistem sidereal menurut para ahli lebih tepat digunakan. Einstein mengusulkan bahwa kecepatan jenis kedua ini dihitung dengan mengalikan  yang pertama dengan cosinus α, sehingga:
v  =  ve  x  Cosinus α
Dimana α  adalah sudut yang dibentuk oleh revolusi bumi selama satu bulan sidereal,
α  = 26,92848o
Jadi:
C . t  = 12000 . L
Substitusi   L  =   v . T
C . t  = 12000 . v . T
Substitusi   v  =  ve . Cos  α
C . t  = 12000 . ( ve . Cos α  ) . T
Substitusi  ve = 3682.07 km/jam,
α  = 26.92848o
T  = 655,71986 jam,
t  = 86164.0906 det
C  = 12000 x  ve  x  Cos α  x  (T / t)
C  = 12000 x  3.682,07 km/jam   x  0,89157  x  (655,71986 jam / 86.164,0906 detik)
C  = 299.792,4998 km/det
Dapat disimpulkan kecepatan sang urusan dari bumi menuju langit adalah 29972,5 km/detik, sedangkan yang dimaksud sang urusan menurut beberapa ahli tafsir adalah malaikat. Telah kita ketahui bahwa  malikat adalah makhluk ALLAH SWT yang terbuat dari cahaya. Jadi kecepatan cahaya atau sang urusan itu adalah 29972,5 km/detik cocok dengan eksperimen yang dilakukan oleh Michaelson dan Moreley 2 abad lalu yaitu sekitar 29972,5 km/detik yang sekarang dibulatkan menjadi 3×105 km/detik.
Dalam sejarah, telah kita ketahui bahwa dalam menempuh bumi menuju langit malaikat memerlukan waktu satu hari, sedangkan telah kita ketahui pula bahwa dalam mi’rojnya (bumi menuju langit), Rosulullah hanya memerlukan waktu satu malam.
Dari persamaan di atas dapat kita simpulkan bahwa jarak Rosulullah dan malaikat sama, yaitu bumi menuju langit. sedangkan waktu yang ditempuh Rosulullah dari bumi menuju langit 1/2 dari waktu malaikat. Jadi, persamaanya sebagai berikut:
S(Rosulullah SAW)                                            =  S(malaikat)
V(Rosulullah SAW) . t(Rosulullah SAW)            = V(malaikat) . t(malaikat)
V(Rosulullah SAW)  . 1/2 t                      = V(malaikat). t
V(Rosulullah SAW) 1/2                          = 3×105 km/detik
V(Rosulullah SAW)                                           = 6×105 km/detik
Jadi, dapat di simpulkan bahwa Rosulullah SAW dengan mengendarai buroq dalam melaksanakan tugas besar yakni isro’ mi’roj mencapai kecepatan sekitar 2 kali kecepatan cahaya yakni sekitar 6×105 km/detik.
Menurut analisis saya tidak dapat ditentukan pastinya berapa besar kecepatan buroq, karena kita tidak tahu persis berapa jarak masjidil haram menuju sidratul muntaha. Namun dapat dipastikan bahwa kecepatan buroq lebih besar daripada kecepatan cahaya.
“Perhitungan-perhitungan tersebut membuktikan keakuratan dan konsistensi nilai konstanta C  hasil pengukuran selama ini dan juga menunjukkan kebenaran Al Quranul karim  sebagai wahyu yang patut dipelajari dengan analisis yang tajam karena penulisnya adalah Sang pencipta alam semesta.” (DR. El Naby)







BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari uraian pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.      Buroq adalah kendaraan yang digunakan Rasulullah dalam melakukan isra’ dan mi’raj yang memiliki kecepatan seperti kilat.
2.       Kelajuan cahaya (kelajuan cahaya dalam ruang vakum; kecepatan cahaya) adalah sebuah konstanta fisika yang disimbolkan dengan huruf c, singkatan dari celeritas (yang dirujuk dari dari bahasa Latin) yang berarti "kecepatan" dan kecepatan cahaya ini bernilai 299.792.458 meter per detik
3.      Rosulullah SAW dengan mengendarai buroq dalam melaksanakan tugas besar yakni isro’ mi’roj memiliki kecepatan lebih besar dari kecepatan cahaya.

















 






DAFTAR PUSTAKA
Armansyah.2006. ’Isra dan Mi’raj’.http://www.swaramuslim.com.Rabu 12 Juni 2013 pukul 11;25
Atmaja,Bagus Tris.2007.http://som-plaks.blogspot.com/2009/02/buraq-dan-analisa-sains.html.Senin 10 Juni 2013 pukul 14:55
Effendie, Anwar. 1993.Isra’ Mi’raj, Perjalanan Ruang Waktu dalam Kaitannya dengan Penciptaan Alam Raya.Jakarta: PT. Pradnya Paramita

Gribbin, John.2005.Fisika Modern.Jakarta: Erlangga

0 komentar:

Posting Komentar